TCP IP & OSI Layer
TCP/IP
merupakan salah satu perotokol atau standar aturan jaringan yang sering
digunakan pada jaringan berskala besar dan luas. Tcp/ip dipakai karena bersifat
fleksibel dan mudah digunakan . tcp/ip terdiri dari beberapa lapisan protokol
dalam penerapanya , tcp/ip menggunakan protokol sampai dengan 4 level fungsi
layer dalam arsitektur protokol.
Protokol TCP/IP dikembangkan pada akhir
dekade 1970-an hingga awal 1980-an sebagai sebuah protokol standar untuk
menghubungkan komputer-komputer dan jaringan untuk membentuk sebuah jaringan
yang luas (WAN). TCP/IP merupakan sebuah standar jaringan terbuka yang bersifat
independen terhadap mekanisme transport jaringan fisik yang digunakan, sehingga
dapat digunakan di mana saja. Protokol ini menggunakan skema pengalamatan yang
sederhana yang disebut sebagai alamat IP (IP Address) yang mengizinkan hingga
beberapa ratus juta komputer untuk dapat saling berhubungan satu sama lainnya
di Internet. Protokol ini juga bersifat routable yang berarti protokol ini
cocok untuk menghubungkan sistem-sistem berbeda (seperti Microsoft Windows dan
keluarga UNIX) untuk membentuk jaringan yang heterogen.
Application
merupakan Layer paling atas pada model TCP/IP, yang
bertanggung jawab untuk menyediakan akses kepada aplikasi terhadap layanan
jaringan TCP/IP. Protokol ini mencakup protokol Dynamic Host Configuration
Protocol (DHCP), Domain Name System (DNS), Hypertext Transfer Protocol (HTTP),
File Transfer Protocol (FTP), Telnet, Simple Mail Transfer Protocol (SMTP),
Simple Network Management Protocol (SNMP), dan masih banyak protokol lainnya.
Dalam beberapa implementasi Stack Protocol, seperti halnya Microsoft TCP/IP,
protokol-protokol lapisan aplikasi berinteraksi dengan menggunakan antarmuka
Windows Sockets (Winsock) atau NetBios over TCP/IP (NetBT).
Transport
layer merupakan layer komunikasi data yang
mengatur aliran data antara dua host, untuk keperluan aplikasi di atasnya. Dua
protokol yang sangat penting pada layer ini adalah:
-
TCP (Transmission
Control Protocol), yaitu protokol yang menjamin keandalan pengiriman data
dengan menggunakan proses acknowledgement yaitu sinyal pemberitahuan bahwa data
telah sampai / diterima. Protokol TCP selalu meminta konfirmasi setiap selesai
mengirimkan data, apakah data sudah
sampai di tujuan dengan selamat, bila sudah maka TCP akan mengirimkan data urutan berikutnya, bila
belum maka akan dilakukan pengiriman ulang (retransmisi), data yang dikirim
maupun yang diterima selalu menggunakan nomor pengurutan.
-
UDP (User Datagram
Protocol). Lain halnya dengan protokol TCP, untuk protokol UDP adalah protokol yang tidak menggunakan
proses acknowledgement dan pengurutan, sehingga lapisan diatas protokol ini
tidak pernah mengetahui sampai atau tidaknya paket data yang dikirim ke tujuan.
Network
Access layer atau ada yang menyebutnya sebagai host
to network layer ( pada model osi dapat merupakan gabungan dari layer layer :
physical dan data link) bertanggung jawab mengirim dan menerima data ke/dari media
fisik . media fisik bisa berupa kabel , serat optik, atau gelombang radio, sehingga
protokol ini harus mempu menerjemahkan sinyal listrik menjadi data digital yang
dimengerti komputer, yang berasal dari peralatan lain. Fungsi network access
layer adalah mengubah ip datagram ke dalam frame yang ditransmisikan oleh
jaringan dan memetakan ip address ke alamat fisik yang digunakan dalam jaringan
.
Internet
layer (pada mosel osi sama dengan networl
layer) bertanggung jawab dalam proses pengiriman paket ke alamat yang tepat .
pada layer ini terdapat tiga macam protokol , yaitu IP,ARP,dan ICMP. IP
(internet protokol)-> penyampai paket data ke alamat yang tepat ,
ARP(address resolution protocol ) -> penentualamat hardware dari host
/komputer yang terletak pada networl yan sama,dan icmp (internet control
message protocol) -> protokol untuk mengirimkan pesan dan laporan kegagalan
pengiriman data. Seluruh protokol diatas dan dibawah internet layer menggunakan
internet protokol untuk mengirimkan data . semua datatcp/ip mengalir melalui ip
,baik data yang akan masik maupun yang akan keluar .
Keunggulan
tcp ip
-
open protocolstandard :
independen terhadap perangkat keras komputer , ideal untuk menyatukan mesin
mesin , dengan perangkat keras , dan lunak yang berbeda.
-
Tidak tergantung pada
perangkat keras jaringan tertentu , sehingga tcp ip cocok untuk menyatukan
bermacam macam network, misalnya ethernet, dll.
-
Cara pengalamatan
bersama , memungkinkan device yang menggunakan tcp/ip dapat menghubungi alamat
perangkat-perangkat komputer lain yang berada pada seluruh jaringan komputer
yang saling terhubung.
-
High level protocol
standar, yang dapat melayani user secara luas.
OSI merupakan kepanjangan
dari Open System Interconnection. Di tahun 1984 ISO (Internasional
Standarizaation organization) mengeluarkan solusi untuk memberikan standarisasi
kompabilitas jaringan-jaringan sehingga tidak membatasi komunikasi antar produk
maupun teknologi dari vendor yang berbeda. Model referensi OSI merupakan model
kerangka kerja yang diterima secara global bagi pengembangan standar yang
lengkap dan terbuka. Model Open Systems Interconnection (OSI) diciptakan oleh
International Organization for Standardization (ISO) yang menyediakan kerangka
logika terstruktur bagaimana proses komunikasi data berinteraksi melalui
jaringan.
a.
Layer
Osi
Physical Layer
Physical
Layer berfungsi dalam pengiriman raw bit ke channel komunikasi. Masalah desain
yang harus diperhatikan disini adalah memastikan bahwa bila satu sisi mengirim
data 1 bit, data tersebut harus diterima oleh sisi lainnya sebagai 1 bit juga,
dan bukan 0 bit. Secara umum masalah-masalah desain yang ditemukan di sini
berhubungan secara mekanik, elektrik dan interface prosedural, dan media fisik
yang berada di bawah lapisan fisik.
Data link Layer
Pada
lapisan ini data diubah dalam bentuk paket, sinkronisasi paker yang dikirim
maupun yang diterima menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu,
pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow
control, pengalamatan perangkat keras (seperti halnya Media Access Control
Address (MAC Address)), dan menentukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan
seperti hub, bridge, repeater dan switch layer 2 beroperasi.
Network Layer
Lapisan
ini menentukan rute pengiriman dan mengendalikan kemacetan (mendefinisikan
alamat-alamat IP), membuat header
untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing
melalui internet working dengan
menggunakan router dan switch layer-3. Agar data sampai ditempat tujuan dengan benar.
Transport Layer
Fungsi
dasar transport Layer adalah menerima data dari session Layer, memecah data
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil bila perlu, meneruskan data ke Network
Layer, dan menjamin bahwa semua potongan data tersebut bisa tiba di sisi
lainnya dengan benar. Selain itu, semua hal tersebut harus dilaksanakan secara
efisien, dan bertujuan dapat melindungi Layer-Layer bagian atas dari perubahan
teknologi hardware yang tidak dapat dihindari.
Session Layer
Session
Layer mengijinkan para pengguna untuk menetapkan session dengan pengguna lainnya.
Sebuah session selain memungkinkan transport data biasa, seperti yang dilakukan
oleh transport Layer, juga menyediakan layanan yang istimewa untuk
aplikasi-aplikasi tertentu. Sebuah session digunakan untuk memungkinkan
seseorang pengguna log ke remote timesharing system atau untuk memindahkan file
dari satu mesin kemesin lainnya.
Presentation Layer
Pressentation
Layer melakukan fungsi-fungsi tertentu yang diminta untuk menjamin penemuan
sebuah penyelesaian umum bagi masalah tertentu. Pressentation Layer tidak
mengijinkan pengguna untuk menyelesaikan sendiri suatu masalah. presentation
Layer memperhatikan syntax dan semantik informasi yang dikirimkan contoh
layanan pressentation adalah encoding data.
Application Layer
Application
Layer memiliki fungsi untuk menentukan terminal virtual jaringan abstrak,
serhingga editor dan program-program lainnya dapat ditulis agar saling
bersesuaian. Untuk menangani setiap jenis terminal, satu bagian software harus
ditulis untuk memetakan fungsi terminal virtual jaringan ke terminal
sebenarnya. Fungsi Application Layer lainnya adalah pemindahan file. Sistem
file yang satu dengan yang lainnya memiliki konvensi penamaan yang berbeda,
cara menyatakan baris-baris teks yang berbeda, dan sebagainya. Perpindahan file
dari sebuah sistem ke sistem lainnya yang berbeda memerlukan penanganan untuk
mengatasi adanya ketidak-kompatibelan ini. Tugas appication Layer, seperti pada
surat elektronik, remote job entry, directory lookup, dan berbagai fasilitas
bertujuan umum dan fasilitas bertujuan khusus lainnya. Protokol-protokol yang
terdapat pada lapisan aplikasi diantaranya adalah FTP, SMTP, dan HTTP.
Persamaan antara model OSI dan
TCP/IP antara lain :
1) Keduanya memiliki layer
(lapisan).
2) Sama – sama memiliki Application
layer meskipun memiliki layanan yang berbeda.
3) Memiliki transport dan network
layer yang sama.
4) Asumsi dasar keduanya adalah
menggunakan teknologi packet switching.
5) Dua-duanya punya transport dan network layer yang bisa diperbandingkan.
6)Dua-duanya menggunakan teknologi
packet-switching, bukan circuit-switching ( Teknologi Circuit-Switching
digunakan pada analog telephone).
Perbedaan antara model OSI dan
TCP/IP antara lain :
1) TCP/IP menggabungkan
presentation dan session layers kedalam application layers.
2) TCP/IP menggabungkan
OSI-data link dan physical layers kedalam network access layer.
3) TCP/IP Protocol adalah standar
dalam pengembangan internet.
Menghitung IP
1. Jika
diketahui IP 192.168.1.1/19, tentukan:
a. Netmask -> jadikan bit pada network menjadi 1 dan bit pada
host jadi 0
192. 168.1.1 = 11000000.10101000.00000001.00000001
=
11111111.11111111.11100000.00000000
= 255 . 255 . 224 . 0
b. Broadcast -> jadikan bit-bit pada host jadi 1
192. 168.1.1 = 11000000.10101000.00000001.00000001
=
11000000.10101000.00011111.11111111
= 192 . 168 . 31 . 255
c. Jumlah
host
192. 168.1.1 = 11000000.10101000.00000001.00000001
=
11111111.11111111.11100000.00000000
2y –
2 = 213- 2 y
= jumlah 0
=
8.190 host
d.
Network ID
192.
168.1.1 =
11000000.10101000.00000001.00000001
Netmask = 11111111.11111111.11100000.00000000
------------------------------------------------
AND
NetID =
11000000.10101000.00000000.00000000
=
192.168.0.0
Alat-alat Jaringan
a. Switch/hub
Hub dan Switch Hub dari bentuk dan
fungsinya hardware sama-sama digunakan untuk menghubungkan lebih dari dua
komputer sehingga bisa membentuk sebuah jaringan. Hub apabila jaringan komputernya sudah lebih
dari 10 node maka akan terasa pada kecepatan transfer datanya bisa di bilang
semakin lambat kecepatan transfernya, Hub juga tidak memiliki fasilitas
routing.
b. Router
Router adalah perangkat jaringan
yang digunakan untuk membagi protocol kepada anggota jaringan yang lainnya,
dengan adanya router maka sebuah protocol dapat di-sharing kepada perangkat
jaringan lain.
c. Bridge
BRIDGE berfungsi untuk membagi
sebuah jaringan hingga menjadi dua buah jaringan. BRIDGE mengatur informasi
diantara kedua sisi network agar dapat berjalan dengan teratur.
d. Repeater
Repeater berfungsi untuk
memperpanjang rentang jaringan dengan cara memperkuat isyarat elektronis.
Dengan menggunakan repeater, LAN yang memakai ethernet dapat diperpanjang
rentang jaringannya sampai 20 km dengan memasang repeater pada setiap 2,5 km.
e. NIC
NIC atau sering juga disebut
adapter card adalah sebuah kartu elektronik yang dipasang pada semua komputer
yang ingin dihubungkan pada suatu network (termasuk komputer server – client).
NIC inilah yang berfungsi menghubungkan komputer – komputer pada suatu LAN dan
mengijinkan semua komputer tersebut dapat saling berkomunikasi.
Dasar-dasar Jaringan
IP Address
IP Address (Internet Protocol Address) adalah suatu
alamat berbentuk numerik yang mengidentifikasi suatu alat seperti komputer,
router atau printer dalam suatu jaringan komputer sebagai sarana komunikasi. IP
Address memiliki 2 fungsi, yaitu:
1.
Sebagai alat
identifikasi host atau antarmuka pada jaringan.
Fungsi
ini diilustrasikan seperti nama orang sebagai suatu metode untuk mengenali
siapa orang tersebut
2.
Sebagai alamat lokasi
jaringan.
Fungsi
ini diilustrasikan seperti alamat rumah yang menunjukkan lokasi kita berada.
Untuk memudahkan pengiriman paket data, maka IP address memuat informasi
keberadaanya. Ada rute yang harus dilalui agar data dapat sampai ke komputer
yang dituju.
Biasanya IP
Address terdiri dari sekelompok bilangan biner 32-bit (IPv4) yang dibagi
menjadi 4 bagian. Dimana setiap bagiannya dibagi menjadi 8-bit yang berarti
memliki nilai desimal mencapai 255. Tiap 8-bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk IP Address adalah sebagai
berikut:
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
Setiap tanda
simbol “x” dapat kita gantikan oleh angka 0 dan 1, misal:
11000000.10101000.00000000.00000001
Notasi IP
Address dengan bilangan biner diatas sulit untuk dihapalkan. Oleh karena itu,
IP Address sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal untuk memudahkan membaca
dan mengingat. Setiap bilangan desimal tersebut merupakan nilai dari satu oktet
(8 bit) IP Address, misalnya:
11000000.10101000.00000000.00000001
192 .
168 . 0
. 1
IP Address dapat
dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu host ID dan network ID. Host ID berfungsi
untuk mengidentifikasikan setiap host di dalam suatu jaringan, sedangkan
network ID berfungsi untuk mengidentifikasikan suatu jaringan di mana komputer
dihubungkan. Hal ini berarti seluruh host yang tersambung di dalam jaringan
yang sama memiliki network ID yang sama pula, sedangkan sisanya untuk host.
Terdapat
beberapa kelas IP Address yang digunakan dalam TCP/IP dalam suatu jaringan,
yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E.
KELAS A
Pada jaringan IP
Address kelas A, bit pertamanya adalah 0. Bit pertama dan 7 bit berikutnya (8
bit pertama) merupakan network ID, sedangkan 24bit terakhir merupakan host ID.
0 – 127
|
0 – 255
|
0 – 255
|
0 – 255
|
0NNNNNNN
|
HHHHHHHH
|
HHHHHHHH
|
HHHHHHHH
|
Karakteristik
Kelas A:
-
Bit pertama : 0
-
Panjang NetID : 8 bit
-
Panjang HostID : 24 bit
-
Byte pertama : 0 – 127
-
Range IP : 0.xxx.xxx.xxx sampai
127.xxx.xxx.xxx
-
Jumlah : 128 network IP
Address
KELAS B
Pada jaringan IP
Address kelas B, 2 bit pertama dari IP Address adalah 10. Dua bit ini dan
berikutnya (16 bit pertama) merupakan network ID, sedangkan 16 bit terakhir
merupakan host ID.
128 – 191
|
0 – 255
|
0 – 255
|
0 – 255
|
0NNNNNNN
|
NNNNNNNN
|
HHHHHHHH
|
HHHHHHHH
|
Karakteristik
Kelas B:
-
2 bit pertama : 10
-
Panjang NetID : 16 bit
-
Panjang HostID : 16 bit
-
Byte pertama : 128 – 191
-
Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai dengan
191.255.xxx.xxx
-
Jumlah : 16384 network IP
Address
KELAS C
Pada jaringan IP
Address kelas C, 3 bit pertama dari IP Address adalah 110. Tiga bit ini dan 21
bit berikutnya (24 bit pertama) merupakan network ID, sedangkan 8 bit terakhir
merupakan host ID.
192 – 233
|
0 – 255
|
0 – 255
|
0 – 255
|
0NNNNNNN
|
NNNNNNNN
|
NNNNNNNN
|
HHHHHHHH
|
Karakteristik
Kelas C:
-
3 bit pertama : 110
-
Panjang NetID : 24 bit
-
Panjang HostID : 8 bit
-
Byte pertama : 192 – 233
-
Range IP : 192.0.0.xxx sampai dengan
223.255.255.xxx
-
Jumlah : > 2 juta network
IP Address
KELAS D
Pada jaringan IP
Address kelas D, 4 digit pertama dari IP Address ini adalah 1110. Sedangkan bit
sisanya digunakan untuk grup host pada
jaringan dengan range IP antara 224.0.0.0 – 239.255.255.255. IP Address
kelas D digunakan untuk multicasting,
yaitu pemakaian aplikasi secara bersama-sama oleh sejumlah komputer.
KELAS E
Pada jaringan IP
Address kelas E, 4 bit pertama dari IP Address ini adalah 1111. IP Address
kelas mempunyai range antara 240.0.0.0 sampai 254.255.255.255. IP Address kelas
E merupakan kelas IP Address eksperimen yang dipersiapkan untuk penggunaan IP
Address di masa yang akan datang.
IP PUBLIC
IP Public adalah
IP Address yang digunakan pada jaringan lokal oleh suatu organisasi,
oraganisasi lain dari luar oraganisasi tersebut dapat melakukan komunikasi
langsung dengan jaringan lokal. Contoh pemakaiannya adalah pada jaringan
internet.
IP PRIVATE
IP Private
adalah IP Address yang digunakan oleh suatu organisasi yang diperuntukkan untuk
jaringan lokal. Organisasi lain dari luar oragnisasi tersebut tidak dapat
melakukan komunikasi dengan jaringan lokal. Contoh pemakaiannya adalah pada
jaringan intranet
IP DINAMIS
IP Dinamis
adalah IP Address yang sifatnya tidak tetap atau sementara. Sehingga jika PC
dimatikan atau di restart atau terputus dari internet, maka IP yang didapat
sebelumnya akan berbeda dengan IP address yang didapat nanti. IP Dinamis
memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
-
Kelebihan : tidak perlu
repot untuk mensetting IP address satu per-satu dan jarang terjadi kesamaan IP
dengan PC yang lain.
-
Kekurangan : dalam satu
jaringan harus memerlukan lebih dari satu router, karena jika tidak akan
mempersulit menentukan koneksi.
IP STATIC
Berbeda dengan
IP Dinamis, IP Static adalah IP Address yang sifatnya tetap. Sehingga jika PC
dimatikan atau di restart atau terputus dari internet, maka IP yang didapat
sebelumnya akan berbeda dengan IP address yang didapat nanti. IP Dinamis
memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
-
Kelebihan : lebih cepat
data transfernya, dan lebih pasti dalam pembagian traffic.
-
Kekurangan: Sering
terjadi kesamaan IP antara PC satu dengan PC lainnya. Dan harus mensetting IP
Address satu per-satu.
OSPF bekerja dengan sebuah algoritma yang disebut
algoritma Dijkstra. Pertama sebuah pohon jalur terpendek (shortest
path tree) akan dibangun, dan kemudian routing table akan diisi dengan
jalur-jalur terbaik yg dihasilkan dari pohon tesebut. OSPF hanya mendukung
routing IP saja.
-
WLAN
-
Wireless
LAN (WLAN) adalah teknologi LAN yang menggunakan frekuensi dan transmisi radio
sebagai media penghantarnya, pada area tertentu, menggantikan fungsi kabel. Pada umumnya
WLAN digunakan sebagai titik distribusi di tingkat pengguna akhir, melalui sebuah atau
beberapa perangkat yang disebut dengan Access Point (AP), berfungsi mirip hub dalam
terminologi jaringan kabel ethernet. Di tingkat backbone, sejumlah AP tersebut tetap
dihubungkan dengan media kabel. WLAN dimaksudkan sebagai solusi alternatif media untuk
menjangkau pengguna yang tidak terlayani oleh jaringan kabel, serta untuk mendukung pengguna
yang sifatnya bergerak atau berpindah-pindah (mobilitas).
Frekuensi yang kini umum dipergunakan untuk aplikasi WLAN adalah 2.4 Ghz dan 5.8 Ghz yang
secara internasional dimasukkan ke dalam wilayah licensce exempt (bebas lisensi) dan
dipergunakan bersama oleh publik (frequency sharing). Belakangan oleh forum WSIS yang
disponsori oleh PBB dan badan dunia seperti ITU, serta industri teknologi, frekuensi ini
direkomendasikan sebagai tulang punggung penetrasi Internet di negara berkembang terutama
untuk area yang belum terlayani oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional.
Teknologi yang digunakan untuk WLAN mayoritas menggunakan standar IEEE 802.11 (a/b/g).
Perbedaan antar standar ini adalah pada modulasi transmisinya yang menentukan kapasitas
layanan yang dihasilkan. Pada standar 802.11b, kapasitas maksimalnya 11 Mbps, 802.11g dapat
mencapai 20 Mbps keduanya bekerja di frekuensi 2.4 Ghz. Sementara standar 802.11a bekerja
pada frekuensi 5.8 Ghz. Karena lebar pita frekuensi yang lebih luas dan modulasi yang lebih
baik, maka perangkat yang berbasis standar ini mampu melewatkan data hingga kapasitas 54 dan
108 Mbps dan menampung jumlah pengguna lebih banyak.
Selain itu ada kelompok industri yang membangun aliansi, disebut dengan Wireless Alliance
(WiFi Consortium). Lembaga ini berupaya menerapkan standar interoperabilitas antar perangkat
WLAN sebagai jaminan bagi pengguna bahwa setiap perangkat yang telah disertifikasi WiFi akan
dapat saling terhubung meskipun berbeda vendor atau pemanufaktur.
WLAN juga memiliki kelebihan lain dalam hal kemudahan implementasi serta fleksibilitas.
Semua perangkat yang saat ini ada di pasaran, memiliki interface yang user friendly dan
sebagian besar kompatibel dengan berbagai macam sistem operasi dan teknologi jaringan LAN
eksisting. Bentuk perangkat yang kompak dengan berbagai macam fitur yang beragam, memudahkan
perencanaan dan implementasi jaringan.
Teknologi WLAN saat ini juga sudah sangat mapan sehingga pengguna punya banyak alternatif
solusi. Sebagian besar produk WiFi menggunakan chipset dan fitur yang generik, meskipun
dimanufaktur oleh sejumlah vendor berbeda dengan brandname masing-masing. Karena bersifat
massal, maka harganya juga sudah sangat terjangkau. Sebuah sistem AP lengkap, hanya
membutuhkan sekitar $ 200 - $ 500. Sedangkan untuk pengguna, harganya sudah di bawah $ 100.
Keterbatasan
Perangkat WLAN bekerja pada frekuensi publik yang bebas lisensi, sehingga isu utamanya
adalah terjadinya interferensi antar perangkat dan pengguna. Karena pada frekuensi ini
sipapun bebas menggunakan dan memanfaatkan, dengan syarat harus toleran serta memperhatikan
dan menghormati kondisi eksisting. Sehingga ada etika dan tanggung jawab moral untuk
bersama-sama mengelola resource tersebut sehingga setiap pemain dapat hidup berdampingan.
Pada setiap perangkat WLAN terdapat mekanisme dan fitur untuk menghadapi interferensi. Namun
yang paling menentukan sebenarnya adalah desain jaringan yang tepat untuk setiap situasi
yang dihadapi dan kecermatan instalasi. Seperti misalnya, kondisi line of sight (tanpa
penghalang) dan menghitung efek redaman serta kemungkinan terjadinya multipath (sinyal
pantulan yang mengganggu).
Teknologi media transmisi WLAN sendiri sifatnya adalah bridging (Layer 2) dan sangat mirip
fungsinya dengan perangkat hub pada jaringan LAN ethernet kabel. Sehingga pada dasarnya
kapasitas maksimum yang dapat dilayani oleh sebuah AP, misalnya standar 802.11b adalah 11
Mbps, harus dibagi kepada sejumlah pengguna yang aktif. Sehingga semakin banyak pengguna
aktif, performance dan troughput jaringan akan terdegradasi. Sehingga tingkat ekspektasi
pengguna juga harus diturunkan terutama dari segi kualitas aksesnya.
Meskipun memiliki sejumlah fitur dan teknologi pengamanan seperti filtering MAC address,
enkripsi WEP atau WPA dan kemampuan VLAN dan VPN, namun tetap saja kualitasnya tidak sebagus
perangkat teknologi dengan media kabel. Selain juga pada umumnya penerapan fitur keamanan
akan menurunkan performa sistem. Sehingga apabila aplikasi pengguna sangat memerlukan
standar security yang tinggi, maka jaringan WLAN bisa menjadi salah satu titik kelemahan
yang harus diwaspadai dan disikapi secara berhati-hati.
Aplikasi Indoor
Aplikasi utama WLAN disebut dengan HotSpot, yaitu sebuah jaringan yang bisa melayani
kebutuhan pengguna bergerak. Pengguna dengan perangkat mobile gadget seperti PDA, notebook
bisa mengakses Internet di lokasi tertentu yang tersedia jaringan HotSpot WLAN. Semakin
meluasnya perkembangan HotSpot telah mendorong terbentuknya bisnis model baru yang
memungkinkan setiap provider melakukan kerjasama roaming bahkan hingga ke jaringan
internasional, sebagaimana yang terjadi pada bisnis selular dengan memanfaatkan layanan
otentikasi pelanggan dan clearing house semacam iPass.
Pengguna bisa mendaftar sebagai pelanggan tetap pada provider HotSpot, sehingga bisa
mengakses dari lokasi manapun yang tersedia. Pilihan lain, menjadi pelanggan on demand,
biasanya secara pre paid dengan membeli voucher akses Internet via HotSpot pada suatu lokasi
dari provider tertentu untuk durasi waktu tertentu. Pelanggan on demand biasanya lebih bebas
untuk memilih provider mana yang akan digunakan, karena suatu lokasi bisa saja tersedia
beberapa HotSpot dari sejumlah provider yang berbeda.
Aplikasi lain adalah HotSpot di dalam jaringan internal perusahaan. Apabila pengguna di
lingkungan perusahaan banyak yang menggunakan perangkat gadget mobile, maka diperlukan
HotSpot pada beberapa lokasi strategis untuk melayani kebutuhan tersebut. Kebanyakan
perangkat mobile saat ini sudah WiFi compliance, seperti misalnya notebook berbasis procesor
Intel Centrino yang sudah built in dengan kemampuan WiFi. Apabila pengguna jenis ini masih
tetap menggunakan kabel, maka mobilitasnya akan terhambat.
Aplikasi Outdoor
Di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) yang sangat terbatas ketersediaan
infrastruktur telekomunikasinya, teknologi WLAN dengan kreatifitas tertentu banyak dijadikan
sebagai alternatif akses last mile. Perangkat WiFi pada umumnya memiliki konektor yang bisa
disambungkan dengan antena eksternal yang memiliki gain lebih tinggi. Dengan kombinasi ini,
sebuah jaringan WLAN yang semula hanya bisa menjangkau area sampai radius 100 – 200 meter,
kini bisa diperluas menjadi 3 – 5 km.
Aplikasi outdoor ini meskipun menimbulkan konsekuensi biaya tambahan seperti untuk pembelian
antena eksternal, jasa instalasi dan tiang atau tower penyangga namun secara umum masih
sangat terjangkau oleh pelanggan pada umumnya. Untuk aplikasi pada area yang dekat (1 – 2
km) cukup banyak eksperimen serta produk asesoris lokal (seperti antenna) ditawarkan
sehingga biaya bisa lebih di tekan sehingga makin menjangkau segmen pengguna yang lebih
luas.
Berbagai kemudahan dan struktur biaya yang makin rendah, mampu mendorong tumbuhnya bisnis
layanan jasa baru yang disebut dengan Wireless ISP (WISP), serta RT/RW Net. WISP
menyelenggarakan layanannya dengan berbasis pada teknologi WLAN, baik itu di sisi backbone
maupun distribusi last mile kepada pelanggannya. Pada umumnya diselenggarakan oleh pengusaha
lokal dengan skala usaha menengah dengan kualitas layanan menengah. Pelanggan utama WISP
biasanya adalah Warung Internet (WARNET) yang memang telah dikenal sebagai ujung tombak
penetrasi Internet karena biaya yang relatif rendah.
Sementara RT/RW Net umumnya dikembangkan berdasarkan inisiatif komunitas di suatu lokasi
pemukiman dan bersifat swadaya serta non komersial. Prinsipnya adalah berbagi pakai akses
Internet secara massal untuk mereduksi biaya. Untuk last mile distribution, RT/RW Net juga
mengandalkan teknologi WLAN dengan kombinasi produk eksperimentasi homebrew seperti antena
dari kaleng susu dan modifikasi perangkat WiFi dengan port USB yang tergolong low end
product.
Teknologi dan desain outdoor yang sama di Indonesia juga banyak dipergunakan untuk aplikasi
jaringan internal perusahaan. Misalnya sebagai backbone antar gedung dalam satu area atau
distribusi jaringan antar kantor cabang dalam satu kota maupun digunakan sebagai
infrastruktur jaringan backup bagi aplikasi yang mission critical.
Dari segi aplikasi private, pengguna WLAN yang cukup menonjol dalam hal jumlah adalah
komunitas pendidikan dan Pemerintah Daerah (Pemda). Pemanfaatan teknologi WLAN diyakini
mampu mereduksi biaya rutin jaringan lokal close user group yang selama ini dilayani oleh
operator telekomunikasi dengan beban charging berdasarkan durasi waktu atau flat bulanan
hanya untuk sewa trunk atau pipa (media) akses saja. Dengan WLAN yang bebas lisensi dan
biaya abonemen, dana operasional bisa dialihkan untuk meningkatkan kualitas content aplikasi
sebagai media penghantarnya, pada area tertentu, menggantikan fungsi kabel. Pada umumnya
WLAN digunakan sebagai titik distribusi di tingkat pengguna akhir, melalui sebuah atau
beberapa perangkat yang disebut dengan Access Point (AP), berfungsi mirip hub dalam
terminologi jaringan kabel ethernet. Di tingkat backbone, sejumlah AP tersebut tetap
dihubungkan dengan media kabel. WLAN dimaksudkan sebagai solusi alternatif media untuk
menjangkau pengguna yang tidak terlayani oleh jaringan kabel, serta untuk mendukung pengguna
yang sifatnya bergerak atau berpindah-pindah (mobilitas).
Frekuensi yang kini umum dipergunakan untuk aplikasi WLAN adalah 2.4 Ghz dan 5.8 Ghz yang
secara internasional dimasukkan ke dalam wilayah licensce exempt (bebas lisensi) dan
dipergunakan bersama oleh publik (frequency sharing). Belakangan oleh forum WSIS yang
disponsori oleh PBB dan badan dunia seperti ITU, serta industri teknologi, frekuensi ini
direkomendasikan sebagai tulang punggung penetrasi Internet di negara berkembang terutama
untuk area yang belum terlayani oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional.
Teknologi yang digunakan untuk WLAN mayoritas menggunakan standar IEEE 802.11 (a/b/g).
Perbedaan antar standar ini adalah pada modulasi transmisinya yang menentukan kapasitas
layanan yang dihasilkan. Pada standar 802.11b, kapasitas maksimalnya 11 Mbps, 802.11g dapat
mencapai 20 Mbps keduanya bekerja di frekuensi 2.4 Ghz. Sementara standar 802.11a bekerja
pada frekuensi 5.8 Ghz. Karena lebar pita frekuensi yang lebih luas dan modulasi yang lebih
baik, maka perangkat yang berbasis standar ini mampu melewatkan data hingga kapasitas 54 dan
108 Mbps dan menampung jumlah pengguna lebih banyak.
Selain itu ada kelompok industri yang membangun aliansi, disebut dengan Wireless Alliance
(WiFi Consortium). Lembaga ini berupaya menerapkan standar interoperabilitas antar perangkat
WLAN sebagai jaminan bagi pengguna bahwa setiap perangkat yang telah disertifikasi WiFi akan
dapat saling terhubung meskipun berbeda vendor atau pemanufaktur.
WLAN juga memiliki kelebihan lain dalam hal kemudahan implementasi serta fleksibilitas.
Semua perangkat yang saat ini ada di pasaran, memiliki interface yang user friendly dan
sebagian besar kompatibel dengan berbagai macam sistem operasi dan teknologi jaringan LAN
eksisting. Bentuk perangkat yang kompak dengan berbagai macam fitur yang beragam, memudahkan
perencanaan dan implementasi jaringan.
Teknologi WLAN saat ini juga sudah sangat mapan sehingga pengguna punya banyak alternatif
solusi. Sebagian besar produk WiFi menggunakan chipset dan fitur yang generik, meskipun
dimanufaktur oleh sejumlah vendor berbeda dengan brandname masing-masing. Karena bersifat
massal, maka harganya juga sudah sangat terjangkau. Sebuah sistem AP lengkap, hanya
membutuhkan sekitar $ 200 - $ 500. Sedangkan untuk pengguna, harganya sudah di bawah $ 100.
Keterbatasan
Perangkat WLAN bekerja pada frekuensi publik yang bebas lisensi, sehingga isu utamanya
adalah terjadinya interferensi antar perangkat dan pengguna. Karena pada frekuensi ini
sipapun bebas menggunakan dan memanfaatkan, dengan syarat harus toleran serta memperhatikan
dan menghormati kondisi eksisting. Sehingga ada etika dan tanggung jawab moral untuk
bersama-sama mengelola resource tersebut sehingga setiap pemain dapat hidup berdampingan.
Pada setiap perangkat WLAN terdapat mekanisme dan fitur untuk menghadapi interferensi. Namun
yang paling menentukan sebenarnya adalah desain jaringan yang tepat untuk setiap situasi
yang dihadapi dan kecermatan instalasi. Seperti misalnya, kondisi line of sight (tanpa
penghalang) dan menghitung efek redaman serta kemungkinan terjadinya multipath (sinyal
pantulan yang mengganggu).
Teknologi media transmisi WLAN sendiri sifatnya adalah bridging (Layer 2) dan sangat mirip
fungsinya dengan perangkat hub pada jaringan LAN ethernet kabel. Sehingga pada dasarnya
kapasitas maksimum yang dapat dilayani oleh sebuah AP, misalnya standar 802.11b adalah 11
Mbps, harus dibagi kepada sejumlah pengguna yang aktif. Sehingga semakin banyak pengguna
aktif, performance dan troughput jaringan akan terdegradasi. Sehingga tingkat ekspektasi
pengguna juga harus diturunkan terutama dari segi kualitas aksesnya.
Meskipun memiliki sejumlah fitur dan teknologi pengamanan seperti filtering MAC address,
enkripsi WEP atau WPA dan kemampuan VLAN dan VPN, namun tetap saja kualitasnya tidak sebagus
perangkat teknologi dengan media kabel. Selain juga pada umumnya penerapan fitur keamanan
akan menurunkan performa sistem. Sehingga apabila aplikasi pengguna sangat memerlukan
standar security yang tinggi, maka jaringan WLAN bisa menjadi salah satu titik kelemahan
yang harus diwaspadai dan disikapi secara berhati-hati.
Aplikasi Indoor
Aplikasi utama WLAN disebut dengan HotSpot, yaitu sebuah jaringan yang bisa melayani
kebutuhan pengguna bergerak. Pengguna dengan perangkat mobile gadget seperti PDA, notebook
bisa mengakses Internet di lokasi tertentu yang tersedia jaringan HotSpot WLAN. Semakin
meluasnya perkembangan HotSpot telah mendorong terbentuknya bisnis model baru yang
memungkinkan setiap provider melakukan kerjasama roaming bahkan hingga ke jaringan
internasional, sebagaimana yang terjadi pada bisnis selular dengan memanfaatkan layanan
otentikasi pelanggan dan clearing house semacam iPass.
Pengguna bisa mendaftar sebagai pelanggan tetap pada provider HotSpot, sehingga bisa
mengakses dari lokasi manapun yang tersedia. Pilihan lain, menjadi pelanggan on demand,
biasanya secara pre paid dengan membeli voucher akses Internet via HotSpot pada suatu lokasi
dari provider tertentu untuk durasi waktu tertentu. Pelanggan on demand biasanya lebih bebas
untuk memilih provider mana yang akan digunakan, karena suatu lokasi bisa saja tersedia
beberapa HotSpot dari sejumlah provider yang berbeda.
Aplikasi lain adalah HotSpot di dalam jaringan internal perusahaan. Apabila pengguna di
lingkungan perusahaan banyak yang menggunakan perangkat gadget mobile, maka diperlukan
HotSpot pada beberapa lokasi strategis untuk melayani kebutuhan tersebut. Kebanyakan
perangkat mobile saat ini sudah WiFi compliance, seperti misalnya notebook berbasis procesor
Intel Centrino yang sudah built in dengan kemampuan WiFi. Apabila pengguna jenis ini masih
tetap menggunakan kabel, maka mobilitasnya akan terhambat.
Aplikasi Outdoor
Di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) yang sangat terbatas ketersediaan
infrastruktur telekomunikasinya, teknologi WLAN dengan kreatifitas tertentu banyak dijadikan
sebagai alternatif akses last mile. Perangkat WiFi pada umumnya memiliki konektor yang bisa
disambungkan dengan antena eksternal yang memiliki gain lebih tinggi. Dengan kombinasi ini,
sebuah jaringan WLAN yang semula hanya bisa menjangkau area sampai radius 100 – 200 meter,
kini bisa diperluas menjadi 3 – 5 km.
Aplikasi outdoor ini meskipun menimbulkan konsekuensi biaya tambahan seperti untuk pembelian
antena eksternal, jasa instalasi dan tiang atau tower penyangga namun secara umum masih
sangat terjangkau oleh pelanggan pada umumnya. Untuk aplikasi pada area yang dekat (1 – 2
km) cukup banyak eksperimen serta produk asesoris lokal (seperti antenna) ditawarkan
sehingga biaya bisa lebih di tekan sehingga makin menjangkau segmen pengguna yang lebih
luas.
Berbagai kemudahan dan struktur biaya yang makin rendah, mampu mendorong tumbuhnya bisnis
layanan jasa baru yang disebut dengan Wireless ISP (WISP), serta RT/RW Net. WISP
menyelenggarakan layanannya dengan berbasis pada teknologi WLAN, baik itu di sisi backbone
maupun distribusi last mile kepada pelanggannya. Pada umumnya diselenggarakan oleh pengusaha
lokal dengan skala usaha menengah dengan kualitas layanan menengah. Pelanggan utama WISP
biasanya adalah Warung Internet (WARNET) yang memang telah dikenal sebagai ujung tombak
penetrasi Internet karena biaya yang relatif rendah.
Sementara RT/RW Net umumnya dikembangkan berdasarkan inisiatif komunitas di suatu lokasi
pemukiman dan bersifat swadaya serta non komersial. Prinsipnya adalah berbagi pakai akses
Internet secara massal untuk mereduksi biaya. Untuk last mile distribution, RT/RW Net juga
mengandalkan teknologi WLAN dengan kombinasi produk eksperimentasi homebrew seperti antena
dari kaleng susu dan modifikasi perangkat WiFi dengan port USB yang tergolong low end
product.
Teknologi dan desain outdoor yang sama di Indonesia juga banyak dipergunakan untuk aplikasi
jaringan internal perusahaan. Misalnya sebagai backbone antar gedung dalam satu area atau
distribusi jaringan antar kantor cabang dalam satu kota maupun digunakan sebagai
infrastruktur jaringan backup bagi aplikasi yang mission critical.
Dari segi aplikasi private, pengguna WLAN yang cukup menonjol dalam hal jumlah adalah
komunitas pendidikan dan Pemerintah Daerah (Pemda). Pemanfaatan teknologi WLAN diyakini
mampu mereduksi biaya rutin jaringan lokal close user group yang selama ini dilayani oleh
operator telekomunikasi dengan beban charging berdasarkan durasi waktu atau flat bulanan
hanya untuk sewa trunk atau pipa (media) akses saja. Dengan WLAN yang bebas lisensi dan
biaya abonemen, dana operasional bisa dialihkan untuk meningkatkan kualitas content aplikasi
-
-
-
3G
-
merupakan
teknologi evolusi dari generasi sebelumnya yang memiliki kapasitas pengiriman
dan penerimaan dari lebih besar dan lebih cepat. Oleh karena itulah, teknologi
ini dapat digunakan untuk melakukan video call. Teknologi 3G sering juga
disebut dengan mobile broadband karena keunggulannya sebagai modem untuk
internet yang bersifat portable. Perkembangan 3G secara komersial dimulai pada
tahun 2001 di Jepang oleh NTTDoCoMo yang kemudian disusul oleh Korea Selatan
pada tahun 2002. Idealnya teknologi ini memiliki kecepatan transfer data pada
level minimum 2Mbps pada pengguna yang berada pada posisi diam ataupun berjalan
kaki, dan 384 kbps pada pengguna yang berada di dalam kendaraan yang sedang
berjalan.
ROUTING
Apa
itu Routing? Pengertian Routing dan jenis-jenis Routing - Routing
digunakan untuk proses pengambilan sebuah paket dari sebuah alat dan
mengirimkan melalui network ke alat lain disebuah network yang berbeda. Jika
network Anda tidak memiliki router, maka jelas Anda tidak melakukan routing.
Untuk bisa melakukan routing paket, ada hal-hal yang harus diketahui :
• Alamat tujuan
• Router-router tetangga dari mana sebuah router bisa mempelajari tentang
network remote
• Route yang mungkin ke semua network remote
• Route terbaik untuk setiap network remote
Router menyimpan routing table yang menggambarkan bagaimana menemukan
network-network remote.
Jenis-jenis routing adalah :
• Routing statis
• Routing default
• Routing dinamis
Proses Routing IP
Proses routing IP dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut ini :
Default gateway dari host 172.16.10.2 (Host_A) dikonfigurasi ke
172.16.10.1. Untuk dapat mengirimkan paket ini ke default gateway, harus
diketahui dulu alamat hardware dari interface Ethernet 0 dari router
(yang dikonfigurasi dengan alamat IP 172.16.10.1 tersebut). Mengapa demikian?
Agar paket dapat diserahkan ke layer Data Link, lalu dienkapsulasi
menjadi frame, dan dikirimkan ke interface router yang terhubung
ke network 172.16.10.0. Host berkomunikasi hanya dengan alamat hardware pada
LAN lokal. Penting untuk memahami bahwa Host_A, agar dapat berkomunikasi dengan
Host_B, harus mengirimkan paket ke alamat MAC dari default gateway di
jaringan lokal.
Routing Statis
Routing statis terjadi jika Admin secara manual menambahkan route-route di routing
table dari setiap router.
Routing statis memiliki kentungan-keuntungan berikut:
- Tidak ada overhead (waktu pemrosesan) pada
CPU router (router lebih murah dibandingkan dengan routeng dinamis)
- Tidak ada bandwidth yang digunakan di antara
router.
- Routing statis menambah keamanan, karena
administrator dapat memilih untuk mengisikan akses routing ke jaringan
tertentu saja.
Routing statis memiliki kerugian-kerugian berikut:
- Administrasi harus benar-benar memahami
internetwork dan bagaimana setiap router dihubungkan untuk dapat
mengkonfigurasikan router dengan benar.
- Jika sebuah network ditambahkan ke internetwork,
Administrasi harus menambahkan sebuah route kesemua router—secara manual.
- Routing statis tidak sesuai untuk network-network
yang besar karena menjaganya akan menjadi sebuah pekerjaan full-time
sendiri.
Routing Default
Routing default digunakan untuk mengirimkan paket-paket secara manual
menambahkan router ke sebuah network tujuan yang remote yang tidak ada di
routing table, ke router hop berikutnya. Bisanya digunakan pada jaringan yg
hanya memiliki satu jalur keluar.
Routing Dinamis
Routing dinamis adalah ketika routing protocol digunakan untuk
menemukan network dan melakukan update routing table pada router. Dan ini lebih
mudah daripada menggunakan routing statis dan default, tapi ia akan membedakan
Anda dalam hal proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link
jaringan
Routed dan Routing Protocol
Protocol tidak lain deskripsi formal dari set atau rule-rule dan konversi
yang menentukan bagaimana device-device dalam sebuah network bertukar
informasi. Berikut dua tipe dasar protocol.
Routed protocol
Merupakan protokol-protokol yang dapat dirutekan oleh sebuah router. Routed
protocol memungkinkan router untuk secara tepat menginterpretasikan logical
network. Contoh dari routed protocol : IP, IPX, AppleTalk, dan DECnet.
Routing protocol
Protokol-protokol ini digunakan untuk merawat routing table pada
router-router. Contoh dari routing protocol diantaranya OSPF, RIP, BGP, IGRP,
dan EIGRP
RIP
Routing Information Protocol. Distance
vector protocol – merawat daftar jarak tempuh ke network-network lain
berdasarkan jumlah hop, yakni jumlah router yang harus lalui oleh paket-paket
untuk mencapai address tujuan. RIP dibatasi hanya sampai 15 hop. Broadcast
di-update dalam setiap 30 detik untuk semua RIP router guna menjaga integritas.
RIP cocok dimplementasikan untuk jaringan kecil.
OSPF
Open Shortest Path First. Link
state protocol—menggunakan kecepatan jaringan berdasarkan metric untuk
menetapkan path-path ke jaringan lainnya. Setiap router merawat map sederhana
dari keseluruhan jaringan. Update-update dilakukan via multicast, dan dikirim.
Jika terjadi perubahan konfigurasi. OSPF cocok untuk jaringan besar.
EIGRP
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol. Distance
vector protocol—merawat satu set metric yang kompleks untuk jarak tempuh ke
jaringan lainnya. EIGRP menggabungkan juga konsep link state protocol.
Broadcast-broadcast di-update setiap 90 detik ke semua EIGRP router berdekatan.
Setiap update hanya memasukkan perubahan jaringan. EIGRP sangat cocok untuk
jaringan besar.
BGP
Merupakan distance vector exterior gateway protocol yang bekerja
secara cerdas untuk merawat path-path ke jaringan lainnya. Up
date-update dikirim melalui koneksi TCP.
Administrasi Distance.
Administrative distance (disingkat AD) digunakan untuk
mengukur apa yg disebut ke-dapat-dipercaya-an dari informasi routing yang
diterima oleh sebuah router dari router tetangga. AD adalah sebuah bilangan
integer 0 – 255, dimana 0 adalah yang paling dapat dipercaya dan 255 berarti
tidak akan lalu lintas data yang akan melalui route ini.
Jika kedua router menerima dua update mengenai network remote yang sama,
maka hal pertama yang dicek oleh router adalah AD. Jika satu dari route yang
di-advertised (diumumkan oleh router lain) memiliki AD yang lebih rendah dari
yang lain, maka route dengan AD terendah tersebut akan ditempatkan dirouting
table.
Jika kedua route yang di-advertised memiliki AD yang sama, maka yang
disebut metric dari routing protocol (misalnya jumlah hop atau bandwidth dari
sambungan) akan digunakan untuk menemukan jalur terbaik ke network remote.
Kalau masih sama kedua AD dan metric, maka digunakan load-balance (pengimbangan
beban).
Tabel berikut memperlihatkan AD yang default yang digunakan oleh sebuah
router Cisco untuk memutuskan route mana yang akan ditempuh menuju sebuah
jaringan remote.
Sumber
route
|
AD Default
|
Interface
yang terhubung langsung
|
0
|
Route
statis
|
1
|
EIGRP
|
90
|
IGRP
|
100
|
OSPF
|
110
|
RIP
|
120
|
External
EIGRP
|
170
|
Tidak
diketahui
|
255 (tdk
pernah digunakan
|
Routing Protocol
Terdapat tiga klas routing protocol
Distance vector Protocol distance-vector
menemukan jalur terbaik ke sebuah network remote dengan menilai
jarak. Route dengan jarak hop yang paling sedikit ke network yang dituju, akan
,menjadi route terbaik. Baik RIP dan IGRP adalah routing protocol jenis
distance-vector. RIP dan IGRP mengirim semua routing table ke router-router
yang terhubung secara lansung.
Link state Atau disebut juga protocol shortest-path-first,
setiap router akan menciptakan tiga buah table terpisah. Satu dari table
ini akan mencatat perubahan dari network-network yang terhubung secara
langsung, satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork,
dan table terakhir digunakan sebagai routing table. OSPF adalah sebuah routing
protocol IP yang sepenuhnya link-state. Protocol link-state mengirim
update-update yang berisi status dari link mereka sendiri ke semua router lain
di network.
Hybrid Protokol hybrid menggunakan
aspek-aspek dari routing protokol jenis distance-vector dan routing protocol
jenis link-state--sebagai contoh adalah EIGRP.
Routing Protocol Jenis distance-Vector
Algoritma routing distance-vector mengirimkan isi routing tabel yg lengkap
ke router router tetangga, yg kemudian menggabungkan entri-entri di routing
tabel yang diterima tersebut dengan routing tabel yang mereka miliki, untuk
melengkapi routing tabel router tersebut.
1. RIP
Routing Information Protocol (RIP) mengirim routing table yang
lengkap ke semua interface yang aktif setiap 30 detik. RIP hanya menggunakan
jumlah hop untuk menentukan cara terbaik ke sebuah network remote,
tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yg
diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable).
RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien pada jaringan
besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router.
RIP v1 menggunakan clasfull routing, yang berarti semua alat di
jaringan harus menggunkan subnet mask yang sama. Ini karena RIP v1 tidak
mengirim update dengan informasi subnet mask di dalamnya. RIP v2
menyediakan sesuatu yang disebut prefix routing, dan bisa mengirim
informasi subnet mask bersama dengan update-update dari route. Ini disebut classless
routing
2. IGRP
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
adalah sebuah routing protocol jenis distance-vector milik cisco (cisco-proprietary).
Artinya semua router anda harus router cisco untuk menggunakan IGRP dijaringan
anda.
IGRP memiliki jumlah hop maksimum sebanyak 255, denga nilai default 100.
Ini membantu kekurangan pada RIP.
3. EIGRP
Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
adalah sebuah routing protocol
distance-vector milik cisco (cisco-proprietary)
yang sudah ditingkatkan, yang memberi suatu keunggulan dibanding IGRP.
Keduanya menggunakan konsep dari sebuah autonomous system untuk
menggambarkan kumpulan dari router-router yang contiguous (berentetan,
sebelah menyebelah) yang menjalankan routing protocol yang sama dan berbagi
informasi routing. Tapi EIGRP memasukkan subnet mask kedalam update route-nya.
Sehingga memungkinkan kita menggunakan VLSM dan melakukan perangkuman (summarization)
. EIGRP mempunyai sebuah jumlah hop maksimum 255. Berikut fitur EIGRP yang jauh
lebih baik dari IGRP
- Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui
modul-modul yang bersifat protocol dependent
- Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan
efisien
- Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol
(RTP)
- Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing
update Algoritma (DUAL)
Routing Protocol Jenis link-state
Open Shortest Path First (OSPF) adalah
sebuah protocol standar terbuka yg telah dimplementasikan oleh sejumlah vendor
jaringan. Jika Anda memiliki banyak router, dan tidak semuanya adalah
cisco, maka Anda tidak dapat menggunakan EIGRP, jadi pilihan Anda tinggal RIP
v1, RIP v2, atau OSPF. Jika itu adalah jaringan besar, maka pilihan Anda
satu-satunya hanya OSPF atau sesuatu yg disebut route redistribution-sebuah
layanan penerjemah antar-routing protocol.
No comments:
Post a Comment