Sunday, October 28, 2012

Bahasa Asertif dan Komunikasi


Apakah Anda seorang yang mempunyai kebiasaan berkomunikasi yang asertif? Ahh, asertif ? Apa pula itu yang disebut berkomunikasi secara asertif? Sebelum lebih jauh simak dulu dua situasi dibawah ini.
1. Kebanyakan kita berfikir bahwa kita harus menyenangkan hati atau tunduk
kepada orang lain. Jika kita menentang mereka gelombang kekacauan
akan datang.
2. Jika seseorang mengatakan sesuatu yang tidak kita suka atau bertentangan
dengan pendapat kita ,maka kita sebaiknya diam saja. Lalu kita hindari dan
putuskan komunikasi kita dengan dia.
Jika jawaban Anda menyetujui dua hal di atas, maka Anda boleh dikategorikan masuk ke dalam kelompok orang yang kurang/tidak asertif. Maaf untuk mengatakannya terus terang,. Selama pengalaman saya memandu training komunikasi asertif dua tahun terakhir ini, kebanyakan peserta juga masuk kelompok yang kurang asertif. Dalih mereka umumnya, “kalau kita menentang mereka apalagi atasan kita, atau istri/suami, bisa kacau kita” Jadi lebih baik mengalah lah, mengalah untuk menang. Demikian dalih mereka.
Komunikasi asertif adalah ketika kita dengan tegas dan positif mengekspresikan diri kita. Tanpa maksud mengalah dan juga menyerang orang lain. Apa kah kita harus merasa tertekan saat menyampaikan isi hati kita? Misalnya dalam situasi, seseorang meminjam barang atau uang Anda, dia janji mengembalikannnya katakanlah dalam waktu dua minggu. Ternyata setelah dua minggu bahkan 3 minggu dia belum mengembalikannya. Apakah kita diam, dan berharap dia ingat dan mengembalikannya? Bagaimana kalau dia tidak ingat-ingat terus? Dan kita pun tetap diam. Jangan-jangan kita mengumpat dia dalam hati, akhirnya kita menjadi tersiksa. Tentu langkah yang paling sehat adalah dengan langsung berkata kepada dia, “saya saat ini membutuhkan buku/uang yang Anda pinjam dua minggu yang lalu”. Lalu dengarkan responnya.
Keterus terangan seperti ini lah yang disebut dengan Komunikasi Asertif. Namun tolong Anda jeli akan kata-katanya “ Saya saat ini membutuhkan buku/uang yang Anda pinjam dua minggu yang lalu”. Bukan dengan berkata,” Anda koq pura-pura lupa ya untuk mengembalikan buku atau uang yang saya pinjam?”. Sebab ada dua perbedaan yang sangat besar dalam kalimat di atas, yang asertif kita mengakatan “Saya saat ini membutuhkan……Jadi kita menyampaikan atau mengekspresikan kebutuhan kita. Kalau kalimat yang yang kedua, “Anda koq……” berarti kita menuduh atau menyerang seseorang. Kalimat kedua ini disebut dengan kalimat agresif.
Contoh yang lain misalnya, Anda disodori kopi oleh seseorang ternyata rasanya tidak sesuai dengan selera Anda, katakanlah kemanisan. Kalu Anda diam dan pura-pura tidak ada apa-apa, berarti Anda memilih berkomunikasi secara pasif. Selanjutnya Anda mungkin kapok meminum kopi buatannya. Atau Anda berkata, “Ah kopi yang kamu buat terlalu manis, saya tidak suka”. Nampaknya kalimat ini netral, tapi ini masuk kategori yang agresif. Dampaknya dia akan kapok membuat kopi untuk Anda. Kalimat yang paling asertif adalah : “Saya sebenarnya lebih suka kopi yang tidak terlalu manis”. Dia akan berfikir bahwa dia tidak salah, hanya lidah Anda saja yang kurang pas. Dia senang, dan lain waktu dia kan berkata “saya akan bikin kopi, maunya gula seberapa banyak”. Nah hasil komunikasi asertif ini akan membuat hubungan lebih baik. Yang membuat hubungan kita putus adalah ketika kita dengan diam-diam menjauhi orang lain karena kita tidak setuju dengan dia, dan kita tidak mau berterus terang, atau ketika kita sering menyerang orang lain, dan kapok berkomunikasi dengan kita. Mungkin sebelum kekantor dia sudah berdoa dari rumah supaya tidak bertemu dengan kita. Hahaha.
Jadi kunci pertama untuk berkomunikasi asertif adalah “I Message” Sampaikan perasaan, pikiran atau opini Anda. Tidak ada satu kekuatan pun di dunia ini yang dapat menghambat Anda untuk mengkomunikasikan diri bukan? Selanjutnya kita akan membahasa kunci 2, kunci 3 dan kunci 4. Selamat mencoba gaya baru Komunikasi Anda, komunikasi Asertif.

Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain.

 Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya (Pratanti, 2007).

Menurut Pratanti (2007) Seorang yang asertif memiliki kriteria:
1. Merasa bebas untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan keinginan.
2. Mengetahui hak mereka.
3. Mampu mengontrol kemarahan. Tidak berarti me-repress perasaan ini, akan tetapi mengontrol dan membicarakannya kembali dengan logis dan tidak dilandasi emosi semata. 

B.   Perilaku asertif Menurut Beberapa Ahli
1.    Menurut Pratanti (2007) sikap atau pun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena seringkali bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal ataupun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya kritikan dan komentar yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja menyebarkan gosip.

2.    Menurut Lazarus (Fensterheim, l980) dalam Iriani (2009) perilaku asertif mengandung suatu tingkah laku yang penuh ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung yang antara lain meliputi :
a.  menyatakan hak-hak pribadi.
b. berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut
c.   melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi.

Seseorang dikatakan bersikap tidak asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negatif (Pratanti, 2009).

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah assertiveness atau assertion, yang artinya titik tengah antara perilaku non asertif dan perilaku agresif. Orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, yaitu :
a. Memiliki kepercayan diri yang baik.
b. Dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut.
c. Berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.

Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri - ciri a). terlalu mudah mengalah/ lemah, b). mudah tersinggung, cemas, c). kurang yakin pada diri sendiri, d). sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain

Menurut Sukaji (1983) dalam Fitri (2009) perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relatif terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat. Perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain.

Orang yang memiliki tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh berpendapat dengan orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain.Mereka umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat.

Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran. Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain. Orang asertif mampu menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang lain (Iriani, 2009).
Tips untuk berperilaku asertif yang dapat digunakan adalah (Pratanti, 2007)
·         Tentukan sikap yang pasti, apakah anda ingin menyetujui atau tidak. Jika kamu belum yakin dengan pilihan anda, maka anda bisa minta kesempatan berpikir sampai mendapatkan kepastian.
  • Berikan penjelasan atas penolakan anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.
  • Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan “tidak” untuk penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang sependapat…saya kurang bisa…..”
  • Pastikan pula, bahwa sikap tubuh anda juga mengekspresikan atau mencerminkan “bahasa” yang sama dengan pikiran dan verbalisasi anda …Seringkali orang tanpa sadar menolak permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti tertawa-tawa dan tersenyum.
  • Gunakan kata-kata “Saya tidak akan….” atau “Saya sudah memutuskan  untuk…..” dari pada “Saya sulit….”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk….” lebih menunjukkan sikap tegas atas sikap yang anda tunjukkan.
  • Jika anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak anda padahal anda juga sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan.
  • Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang anda sampaikan (karena anda berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang lain)…Sebenarnya, akan lebih baik anda katakan dengan penuh empati seperti : “saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu…..tapi secara terus terang saya sudah memutuskan untuk …”
  • Janganlah mudah merasa bersalah ! anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang lain…atau atas kebahagiaan orang lain.
  • Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan masing-masing.
C.   Kategori perilaku asertif
Prinsip dan bentuk asertif antara lain:
1.  pada prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan atau minta tolong orang lain
2.    kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun negative
3.    kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan.

Ada 3 kategori perilaku asertif yaitu :
1.    asertif penolakan yaitu ucapan untuk memperhalus, seperti misalnya : maaf !
2.asertif pujian yaitu mengekspresikan perasaan positif, seperti misalnya menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji dan bersyukur;
3. asertif permintaan yaitu asertif yang terjadi kalau seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu yang memungkinkan kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan atau paksaan.

Keuntungan berperilaku asertif, dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya seseorang tidak akan dikendalikan orang lain, efektif dalam berinteraksi,  lebih dihargai orang lain, menjadi lebih percaya diri dan memiliki rasa puas.

No comments:

Post a Comment